Rabu, 06 Maret 2013

Cooling Tower, media Pendingin




Cooling water adalah salah satu media pendingin yang sangat penting dalam operasional sebuah pabrik. Compressor, chiller, heat exchanger dan barometric condenser adalah sebagian dari alat yang menggunakan media pendingin cooling water dalam operasinya.

Pengendalian kualitas cooling water akan berpengaruh langsung terhadap kinerja dari alat-alat yang menggunakannya, termasuk pipa distribusi yang mengalirkan cooling water dari cooling tower ke pengguna.

Masalah-masalah seperti lifetime alat yang pendek karena korosi, efisiensi pertukaran panas yang rendah akibat akumulasi produk korosi, kerak atau slime (Lumpur), dan naikknya konsumsi energi listrik untuk memompakan cooling water karena adanya penyumbatan pada perpipaan dan alat adalah sebagai akibat dari rendahnya kualitas cooling water.

Parameter-Parameter Dalam Analisa Cooling Water

Untuk mengetahui kualitas cooling water, maka parameter-parameter di dalamnya harus ditinjau secara periodik melalui analisa laboratorium. Dengan mengetahui nilai dari parameter-parameter tersebut, maka pengendalian kualitas cooling water dapat dilakukan dengan baik.

Berikut ini adalah parameter-parameter dalam analisa cooling water treatment yang harus dipantau secara periodik:

Turbidity: menunjukkan jumlah padatan tersuspensi di dalam air.

pH: parameter yang menunjukkan kecenderungan terjadinya korosi dan pembentukan kerak.

Electrical conductivity: menunjukkan jumlah padatan terlarut di dalam air.

M-alkalinity: dianalisa untuk memprediksi pertumbuhan kerak kalsium karbonat. M-alkalinity memiliki korelasi yang positif dengan pH.

Calcium hardness: merupakan parameter penting dalam memperkirakan pertumbuhan kerak dari kalsium karbonat dan biasa digunakan untuk menghitung cycle number dari cooling water.

Magnesium hardness: dianalisa untuk memperkirakan pertumbuhan kerak yang timbul dari ion magnesium yang membentuk magnesium silikat.

Chloride: parameter yang biasa digunakan sebagai indeks untuk mengendalikan cycle number cooling water. Cooling water dengan konsentrasi chloride yang tinggi cenderung lebih bersifat korosif.

Sulfate: Cooling water dengan konsentrasi sulfate yang tinggi cenderung lebih bersifat korosif.

Silica: merupakan salah satu komponen pembentuk kerak pada peralatan.

COD: atau chemical oxygen demand. Konsentrasi COD yang tinggi mempercepat pembentukan slime.

Ammonium ion, nitrate ion dan nitrite ion: konsentrasi ammonium ion yang tinggi mempercepat pembentukan slime. Ammonium ion mempercepat proses terjadinya korosi pada tembaga dengan membentuk senyawa kompleks garam tembaga-ammonium. Ketika amonia berubah menjadi asam nitrat oleh bakteri nitrifikasi, pH cooling water menjadi rendah dan mengakibatkan bahan kimia penghambat korosi (corrosion inhibitor) menjadi tidak berfungsi.

Total Iron: merupakan salah satu fouling material dalam cooling water. Menempelnya senyawa besi (iron) pada permukaan tubing heat exchanger dapat menyebabkan korosi local (corrosion nder deposit) pada material jenis carbon steel.

Residual chlorine: konsentrasi minimu chlorine harus dipertahankan dalam cooling water untuk menciptakan efek anti bakteri atau biocidal effect.

Corrosion inhibitor: konsentrasi tertentu corrosion inhibitor or bahan kimia penghambat korosi harus dipertahankan dalam cooling water untuk menjaga efek anti korosi. Salah satu contoh corrosion inhibitor adalah phosphate, yang biasanya diukur sebagai total phosphate.

sumber: industrikimia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar